Jumat, 09 Oktober 2009

Trauma Digerebek Densus, Penghuni Kos Pindah


VIVAnews - Tak seperti Noordin yang memilih tinggal di rumah terpencil, dua buron tersangka teroris, Syaifudin Zuhri alias Saefudin Jaelani (SJ) dan M Syahrir justru memilih tinggal di sebuah rumah kos yang berada di lingkungan mahasiswa.

Nahas, jejak mereka tercium polisi. Detasemen khusus 88 lantas menggerebek tempat tinggal mereka di kos milik Haji Jatna di RT 01 RW 03, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang, Banten pada Jumat 9 Oktober 2009. Baik SJ maupun Syahrir diduga tewas dalam penggerebekan itu.

Salah satu penghuni kos, Usep, mengaku trauma dengan penggerebekan tersebut. '"Saya lagi tiduran. Tiba-tiba terdengar suara pintu didobrak dan suara tembakan. Lalu kamar saya didatangi anggota Densus menggunakan senjata lengkap dan saya di evakuasi. Saya seperti di tengah perang," kata dia ketika ditemui di lokasi kejadian, Sabtu 10 Oktober 2009.

Densus 88 yang berseragam dan membawa senjata lantas menyuruh semua penghuni kos keluar kamar. "Disamping kamar kita dengar suara baku tembak. Ada perlawanan dari kamarnya Sony [yang dihuni tersangka teroris]," kata dia.

Lalu, ada suara ledakan bom sampai tiga kali. "Dalam lima menit kita terisolasi," tambah dia.

Sementara, penghuni kos yang lain, Baharudin juga mengaku trauma. Dia ingin pindah dari rumah kosnya itu. "Disini kan ada 50 orang yang kos. Ada berapa yang kost disini bilang , mau pindah kos ke tempat lain," kata dia.

Alasannya, "Sudah kejadian begini, kita jadi susah mau ngapa-ngapain. Karena sudah pernah di grebek polisi, mereka juga bilang sudah tidak nyaman," tambah Baharudin.

Belum ada kepastian apakah dua orang yang tewas di Ciputat adalah SJ dan Syahrir. Polisi baru akan mengumumkan identitas keduanya Senin 12 Oktober 2009. Dalam penggerebekan kemarin, polisi juga menangkap pria berinisial FR.

Dalam pengeboman di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton 17 Juli 2009 lalu, SJ, seperti halnya iparnya, Ibrohim, punya peran penting. Dia adalah pimpinan lapangan sekaligus perekrut pelaku bom, Dani Dwi Permana dan Nana Ikhwan Maulana.

SJ juga berperan merekam seluruh persiapan dan kejadian teror bom di dua hotel nahas tersebut. Di sela-sela proses rekaman pernyatan Dani dan Nana, SJ menyerukan kalimat, "Amerika hancur, Australia hancur, Indonesia hancur."

Sementara, saudaranya Syahrir diduga kuat memiliki keterampilan merakit bahan peledak. Dia adalah mekanik pesawat terbang dan pernah bekerja di sejumlah maskapai.

VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger