Selasa, 22 September 2009

Deradikalisasi Pasca Tewasnya Noordin


Tewasnya Noordin M Top seolah- olah menjadi antiklimaks perang melawan terorisme di Indonesia. Padahal, perang terhadap terorisme belum selesai. Itu sebabnya tetap perlu langkah deradikalisasi terhadap mantan narapidana teroris maupun mereka yang diperkirakan menjadi calon teroris.

Demikian disampaikan kriminolog UI, Doktor Adrianus Meliala, kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Selasa (22/9). Tindakan deradikalisasi terhadap mantan narapidana pelaku teror dan mereka yang berpotensi menjadi pelaku teror harus bisa menjadi ikon baru bagi Polri agar penegakan hukum terhadap terorisme tetap berlanjut.

”Setelah Noordin tewas, Dulmatin yang kabarnya menggantikan dia belum terdengar aksinya,” papar Meliala.

Menurut Meliala, langkah ini membutuhkan kerja sama di antara instansi pemerintah. ”Perlu kerja sama antara Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja, dan Departemen Hukum dan HAM untuk mendorong proses deradikalisasi itu,” ucapnya.

Polri-PDRM

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna menjelaskan, pihaknya dan Polis Diraja Malaysia (PDRM) sudah berkordinasi. ”Senior Liaison Officer kita di Kuala Lumpur sudah koordinasi dengan PDRM dan keluarga Noordin untuk pemulangan jenazah,” kata Nanan.

Soal langkah lanjut pemulangan jenazah, ujar Nanan, merupakan kewenangan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.

Sejauh ini Mabes Polri telah mendapat data dari PDRM sehingga proses pengecekan DNA dapat dilakukan dengan cepat atas jenazah yang diduga sebagai Noordin Moh Top. Menjawab pertanyaan wartawan, Nanan mengatakan, tak ada bantuan dari Australia Federal Police dalam proses penyergapan teroris di Kepuhsari, Solo, Jawa Tengah.

Kepala Desk Antiteror, Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Ansya’ad Mbai ketika dihubungi mengatakan, tewasnya empat teroris dalam penyergapan di Solo masih menyisakan segudang persoalan. ”Jaringan mereka masih luas. Senjata-senjata dari bekas daerah konflik ditimbun kelompok teroris,” kata Ansya’ad.

Dari Solo diketahui, ratusan lubang bekas tembakan peluru tampak memenuhi rumah kontrakan Susilo di Kepuhsari. Bahkan, hingga kini masih ditutup dengan garis polisi. Berdasarkan evaluasi di tempat kejadian perkara, Jumat (18/9) malam, terungkap, tembakan pertama kali berasal dari dalam rumah Susilo. Polisi sejauh ini tidak dapat memastikan siapa di antara pelaku yang melepaskan tembakan. (megapolitan.kompas.com)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger